Realita
bangsa di mata dunia mengklaim bahwa kehidupan bangsa diatas hak adat
dan budaya, hak tanah dan alam bangsa lain di katakan miliknya. Saling
dipermainkan, di perbudak, saling mempunah, menindas, menganiaya, dan
membunuh antar bangsanya secara politik bertopeng fisik buatan
diatas hak hidup oleh bangsa jajah lain, dibalik kebenaran di
ciptakan dan berikan oleh ALLAH Maha Tahu sendiri kepada umat manusia
leluhurnya.
PANDANGAN UMUM
Kemajuan
politik Budaya Bangsa tidak pudar dari kehidupan umat manusia di dunia
ini diatas hak pedoman hidup bangsa sesuai jejaknya dari sejak
pencipta Langit dan Bumi Oleh Allah Tritunggal sendiri telah
menjalani abad-keabad tiada akan titik poin berakhir. Setiap serumpun
bangsa-bangsa hak untuk bersuara demi kehidupannya, sesuai jejak budaya
bangsa diatas tanahnya sendiri dengan simbol bendera bangsa yang di
sukai warna kemerdekaan bersama atraksi penuh ideal di balik adat dan
budaya bangsa dimana mereka tempuh dari leluhurnya.
Dari
zaman ke zaman telah jalani dengan penuh ciri kehidupannya tidak di
ganggu gugat oleh pihak manapun baik dengan sistem apapun dapat di
godainya, berupa model penindasan, penganiayaan, pembunuhan,
pemerkosaan, dan mempunahkan idealisme oleh suatu bangsa. Dengan
landasan penuhnya saling menghargai dan saling menghormati dan saling
menjaga antara perbedaan batas garis fatal setiap bangsa diatas hak
tanah di dunia.
Zaman
dahulu telah jejaki dengan penuh harapan di balik hak adat dan budaya
bangsa, hak tanah dan alam milik bangsa telah sudah ada diatas tanah
itu, makluk anusia dan makuluk hewan lain sebagai kutu tanah dan kutu
alam di tempatnya yang telah di berikan dan di tempati oleh ALLAH Maha
Pencipta.
Namun
berdasarkan semuanya telah tercipta serba lengkap di rana kehidupan
bangsa, kini adalah peradaban menyuarakan diri untuk menata di muka
dunia, di bawah cahaya matahari, cahaya bulan mengikuti cahaya bintang
kejora serumpun yang sedang bersuara melalui politik demokrasi penuh
mengesankan dimana mereka bersoara di seluruh bangsa-bangsa dimana
pelosok – pelosok dunia.
Tidak
ada satupun kata dari bangsanya untuk membatasi dan menghalangi
kemajuan membenah diri di depan mata bangsa dunia dengan kekuatan
Alamnya dan Budaya bangsa yang telah darah daging bangsa itu sendiri.
Demi Menyelamatkan jejak kehidpan bangsa yang sudah ada tercipta Alami
tersebut.
Sama
hal Bangsa melanesia di pulau Papua Bagian Barat yang sedang bersuara
melalui politik Demokrasi dengan simbol bendera bangsa telah tersebar
dimana keberadaan negara-negara terjajah diatas tanah Leluhur Tanah Papa
Barat. Di Mata dunia telah Nampak kelihatan Mengakuinya harus
berdaulat atas hak veto adat dan budaya bangsa yang telah ada. Tidak ada
negara terjajah satupun yang membatasi jalan demokrasi pembebasan
bangsa papua barat termasuk negera indonesia yang mengklaim diatas tanah
papua menjalani politik jebakan untuk penindasan, penganiayaan,
pembunuhan, pemerkosaan, dan mempunahkan idealisme bangsa sudah ada itu.
Dapat di harapkan saling menghargai dan saling menghormati dan saling
menjaga karena semua rana kehidupan bangsa di saksikan oleh Cahata Mata
Besat matahari, bulan dan bintang dimana Umat manusia jalani kehidupan
serta makluk hidup dibawah cahayanya di bumi ini.
POLITIK DEMOKRASI BANGSA PAPUA BARAT VS INDONESIA
Politik
Demokrasi Bangsa Papua Barat terhadap indonesia belum berakhir dengan
begitu nyata yang telah terjajah hingga dulu sampai sekarang sedang
berjalan, telah mengatasnamakan bertopeng diatas hak hidup pedoman
budaya dan tanah alam bangsa melanesia di tanah papua barat. Dengan
fisik manipulasi indentitas bangsa Diatas tanah papua barat
mengatasnamakan bangsa Indonesia melayu diatas adanya bangsa melanesia
papua barat dengan simbol budaya bangsa “bendera Bintang Kejora”
dengan “ lambang Burung Mambruk” dengan “simbol budaya Seni Tifa
Papua” yang telah terlukiskan oleh Wawasan Alam Alami Papua barat
Sesuai Penciptaannya. Tidak salah berpolitik di awali dengan demokrasi
pengibaran Bendera Bintang Kejora diatas tanahnya sendiri diatas tanah
papua barat. Indonesia perlu memahami menghargai dan menghormati di
balik Bintang kejora ada apa, salah di klaim atau benar menamai diri
indonersia ini.
Perkembangan
Jejak politik Demokrasi Dengan begitu pesat hanya mengatasnamakan
“Papua Barat vs Indonesia” adalah sekedar mencari jawaban yang
sebenarnya di balik banyak negara-negara yang telah jejaki jajah diatas
tanah papua barat dengan bersimbol budaya bertopeng. Kini belum
berakhirnya demokrasi Hak Hidup Bangsa Diatas tanahnya sendiri, di
sebabkan karena Negara-negara terjajah belum “Mengaku” di balik
kepentingan perampasan Kekayaan bumi diatas tanah Papua Barat yang di
sebut “PTFI” selanjutnya di tangani oleh Negara Indonesia di jembatani
dengan Menamai politik “ Pepera 1969” di beri wewenang oleh Politik
rekayasa Newyork Agreman tersebut. Adalah Mengklaim adat dan budaya,
alam dan tanah bangsa yang di rampasnya.
Memberi
wewenang mangatasnamakan indonesia, politik silang yang sangat
membingunkan karena pulau papua berada kepulauan Benua Pacifik untuk
pantau dan menjaga atas hanya sebatas pengambilan kekayaan Alam Bumi.
Atas hal itu negara indonesia mengklaim menamai dirinya Papua barat
dalam Rana NKRI adalah rekayasa politik di balik tata kehidupan ciri dan
khas kehidupan budaya bangsa diatas tanahnya sendiri.
Berdasarkan
semua manipulasi atas kekayaan alam papua barat ini rakyat papua tidak
membiarkannya “Politik Demokrasi Bangsa Papua Barat” tiada berakhir
sampai mengakunya membuka dokumen kebenaran yang di sembunyikan oleh
negara-negara penjajahan melanjutkan “memberi penuh kewenangan di tangan
rakyat Papua barat dengan damai”.
Politik
Demokrasi Bangsa Papua Barat telah menyebar luas mengetahu bangsa
manapun di pelosok dunia adalah jalur kebenaran karena tidak dengan
fisik merugikan bangsa lain. Hanhya membongkar bungkam atas mengklain
mengatasnamakan diri diatas tanah papua di huni oleh bangsa melanesia
dulu hingga selamanya itu. Biarpun bagaimana Politik Demokrasi tersebut
akan berlanjut sampai “Mengaku” atas keterlibatan manipulasi merampas
hidup bangsa mmelanesia tersebut.
Negara
indonesia tidak ada urat malunya yang sedang di lakukan atas kehidupan
orang lain, telah dan sedang mengklaim menamai dirinya dengan fisik
tanpa kemanusiaan diatas Tanah Papua. Sebenarnya hak siapa diatas tanah
papua barat yang sudah ada realita di mata dunia dengan simbol bendera
bangsa “BINTANG KEJORA” telah sudah kibar tanpa berakhir. Indonesia
mengklaimkan menamai dirinya pengbaran bendera bangsa “Merah Putih”
adalah salah tempat, maka itu perlu di benahi Norma kemanusiaan dan
saling menghargai dan menghormati atas salah sasaran yang di lakukan
oleh Negara Indonesia.
Demokrasi
suatu bangsa adalah demokrasi atas hak hidupnya yang di salah gunakan
oleh orang lain, maka tandas ini indonesia di harapkan mengakuinya
karena negara mempunyai moral dan martabat menghargai dan menghormati
sesama bangsa beda ciri kehidupan. Berdasarkan menamai dirinya identitas
Negara Indonesia diatas tanah papua adalah salah tempat dan salah satu
bagian dari Negara yang Mencuri kehidupan bangsa lain berani masuk
perampas kehidupannya Rakyat Papua diatas adanya indentitas (irian bara
atau papua barat sebagai identitas negaranya) di mata dunia, berangkat
dari budaya salah satu orang di pengaruhinya adalah salah di pergunakan
dan adalah dosa di cahaya mata besar Mata hari, Bulan, bintang dan di
mata Allah sendiri. “Kini adalah peradaban pembebasan bangsa melanesia melalui Politik Demokrasi Papua Barat dengan damai”
INDONESIA MENGHORMATI KEBENARAN PAPUA
Negara
indonesia mempunyai Moral/norma Pancasila berdasarkan lima sila
sekarang sudah punah ini, Lima Agama sekarang sudah pecah bela ini,
diatas manipulasi menamai diri identitas budaya bangsa lain di mana
pulau nusanta khususnya tanah papua barat.
Di
suasana Demokrasi bersuara atas hak hidup bangsa dengan penuh
mengesankan perlu saling menghargai dan menghormati atas kebenaran
secara jujur dan transparansi mengembalikan kewenangan budaya bangsa di
negerinya sendiri.
Selama
Politik demokrasi Papua barat yang selalu mengesankan di jiwa Pimpinan
negara penjajah manapun pada khusunya indonesia sangat fakum seperti
negara yang tidak mempunyai Norma dan Moral kemanusia yang saling
menghargai dan menghormati atas kebenaran di depan matanya.
Bapak
Presiden Republik indonesia sudah tau kedudukan bangsa melanesia
diatas tanah papua dan Presiden Susilo Bambang Yudoyono sudah mengenang
merasa malu atas salah di pergunakan atas kebenaran identitas bangsa
diatas tanah papua. Yang telah menamai dirinya di balik adanya
identitas bangsa Papua barat dan salah tempat pengibaran Merah putih
diatas tanah papua barat atas adanya bendera bintang kejora. Maka
pastilah presiden Susilo Bambang Yudoyono menghargai dan menghormati
atas demokrasi hak nafas bangsa papua barat.
Belum
lama lagi negara indonesia pasti tranparan dan jujur atas
penyembunyian hak dan kebenaran bangsa melansia yang terselip di balik
kertas bajakan memusnah. Dengan penuh harapan presiden terkesan dengan
gejala kejadian demokrasi telah meluas di dunia tergegernya. Maka
presiden pasti mengaku atas kesalah gunakan mengklaim dirinya diatas
tanah papua tersebut. Untuk mengembalik kewenangan penuh di tangan
rakyat papua barat sendiri. Dimana rekayasa dan manipulasi sejarah
indentitas di balik sejarah identitas yang ada.
Pasti
merasa malu dirinya dengan hal-hal yang telah lakukan di mata dunia
pelanggaran HAM berat terhadap rakyat papua barat tanpa kemanusiaan
selama pro perjuangan indonesia terhadap tanah papua ini. Keyakinan dan
pasti presiden RI menghormati Idealisme Bangsa Melansia diatas tanah
papua barat dengan penuh kehormatan atas kebenaran bangsa, bukan di
tinjau dari berbagai metode tetapi dengan independen PENGAKUAN
mengembalikan harga diri bangsa Melanesia diatas hak hidup di tanahnya
sendiri dengan damia.
Catatan :
Budaya
bangsa Melayu tidak sama dengan budaya bangsa Melanesia di Asia
Pasifik, maka kembalikan harga diri budaya bangsa melanesia di atas
tanah papua barat dari mengklaim budaya bangsa melayu di rana Negara
Republik Indonesia , Kembalikan Hak Veto Rakyat Papua Barat di negerinya
sendiri dengan damai)*
Sumber Cahaya Bangsa Papua)
By : Agusmote
Pemerhati Budaya Bangsa
Senen Pagi : 19 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar